You'll Know Me As...

My photo
Jakarta, Indonesia
Founder of @ProjekMimpi - a reality book and workshop project. Founder of @LenteraMahadaya - a non profit organization for Muallaf / Muslim convert Proud owner of Love Actually Planner @LA_Planner + @Lady Mosh Invaders [Rockin' clothing line for hijabers] @LadyMoshInvader - Twinkle Twinkle(band) Manager @thetwinkstars. Media / Promotion Manager of @KitchenDeath gothic band Jakarta - a rebel. a lover. a dreamer. a believer. a fighter. lately a muallaf. loves writing fiksimini and blogging. an ordinary someone with XTRAordinary dreams. a proud SINGLE mother of one adorable metalhead son \m/ .that i can be a bitch most of the times [err in a positive way I suppose?] .hopelessly romantic ordinary woman - LOOKING FOR that special someone to fill in the 'gap' and help making me whole; again -

Monday, September 5, 2011

Sebuah Curhat Menyoal Rasa

Hari pertama kembali bekerja otak saya sedang tidak sinkron dengan mata dan koordinasi gerak saya.
Di kepala tersirat A, yang teraplikasikan malah bisa jadi Ab, B, C atau malah bahkan D.
Jadi maaf sekali Boss, seperti-nya saya harus memulai hari pertama saya bekerja hari ini dengan blogging saja agar saya tidak jadi semakin gila.
Ibarat besi kurang oli, seret. Dibuka paksa juga percuma, yang ada malah berantakan semua.

Well, and the story goes like this...

Berawal dari keisengan (yang disengaja tepatnya) membuka blog pasangan saya dan menilik satu persatu isinya hingga ke akar-akarnya , membuat saya agak sedikit sakit kepala.
Dari kepala, turun ke hati. Ada percikan cemburu yang menari-nari. Membuat dada bergemuruh tiada henti dan jantung berdegup seakan lari.
"Oh, no!" saya terserang gejala penyakit baru-kah?

Teringat akan sebuah stiker yang menempel dengan manisnya di laci kamar pasangan saya "kata adalah senjata", saya mulai kembali menelaah apa yang terpapar di halaman penuh cerita miliknya.
Tanggal posting-nya memang sudah lalu dan sudah tergantikan banyak cerita baru.
Tapi entah mengapa, rasanya masih seperti baru kemarin. Ngilu. Ibarat ada benda asing yang menelusup ke dalam lapisan kulit. Begitu mengganggu.
"Heran, rasa sakit kok dipelihara", saya mulai mengutuki diri sendiri dan menuding-nuding hati yang selalu beradu dengan logika dan fakta.
Ya, tapi tetap saja, biar diusir-usir dengan paksa, jejaknya masih tertinggal disana.
Saya jadi mulai membanding-bandingkan, apakah saya sebaik dia yang lama ataukah malah kebalikannya?
Berbagai tanya akan "mengapa, apa, siapa dan lalu bagaimana" seakan berebutan berlalu-lalang di kepala.
Bikin macet logika saja.

Gerah. Saya putuskan untuk basahi tenggorokan dengan segelas air dingin.
Lega? Tidak juga. Tapi setidaknya saya sudah ketemu jawabnya.
Sepertinya saya sedang kena sindrom "cemburu buta"
Cemburu sudah pasti karena objek yang dicemburui adalah juga wanita.
Buta? Ya karena saya masih rajin mengutak-atik kenangan lama dan membacanya dengan kaca pembesar pula! Akhirnya hal yang sebenarnya biasa jadi seolah tampak seperti raksasa yang siap menelan saya.

Saya seolah terlupa bahwa sebersih apapun sebuah goresan berusaha dihapus, tetap masih akan ada bekasnya. Mungkin saja bisa kembali putih, tapi tidak akan jernih.
Yang bisa saya lakukan sekarang hanyalah berusaha memberikan warna terbaik pada kanvas putih yang sudah dipercayakan kepada saya untuk didekorasi dan berharap bahwa pada akhirnya nanti warna yang saya bubuhkan bisa sepenuhnya mengisi bagian-bagian yang diperlukan.

Biar saja rasa takut kehilangan yang senang menyembul-nyembul ini saya gantikan dengan curahan perhatian bagi pasangan tersayang sambil tetap memberikan ruang baginya untuk tetap menjadi dirinya. Berkaya tanpa takut bermain kata.
Bukankah apa adanya dia yang membuat saya jatuh cinta? Kenapa harus jadi terobsesi untuk merubahnya?
Ketakutan yang saya punya hanya akan membuat penat kepala, otak, hati dan rasa saja. Buang-buang energi.
Saya hanya cukup lakukan yang terbaik, menyerahkan-NYA kepada Sang Khalik penguasa kehidupan dan berjalan dengan pengharapan bahwa saya dan pasangan diciptakan untuk saling berjalan beriringan, hingga maut memisahkan.

Insya Allah.





























No comments:

Post a Comment