Baru masuk hitungan hari sejak terakhir kali bersama, tapi rindu yang terasa hampir saja membuat saya gila.
5 September - waktu menunjukkan pukul 17:55, untuk kesekian kalinya dalam hari ini saya memikirkannya.
Satu-satunya yang membuat lega adalah saya masih bisa menikmati pemikiran-pemikirannya yang terangkai dalam jutaan kata sarat makna ketika si dia nun jauh disana.
Enggan beranjak dari tempat saya duduk demi melahap baris demi baris kata sambil tak henti berdecak kagum dan gelengkan kepala ketika banyak hal yang disinggungnya bersamaan dengan cara pandang saya tentang kehidupan.
Ibarat kue nastar yang kami gila-i, setiap sensasinya selalu hadirkan rasa ingin lagi, lagi dan lagi. Enggan berhenti.
Biarpun entah sudah berapa banyak yang tercerna, masih saja mengiba untuk bisa gerogoti remahnya.
Kata orang, semut mati akibat gula; karena terlalu banyak rasa manis yang menjejali tubuh mungilnya.
Namun jika bicara soal "manis"nya cinta, sebanyak apapun rasa manis yang terserap, selalu saja ada ruang untuk asupan demi asupan berikutnya.
Apa relevansinya antara manisnya jalinan kata, cinta, kue nastar yang menggoda dengan candu? Semuanya mengingatkan saya akan: kamu!
Dan semakin saya ingat, semakin saya inginkan lagi, lagi, lagi dan lagi.
5 September - waktu menunjukkan pukul 17:55, untuk kesekian kalinya dalam hari ini saya memikirkannya.
Satu-satunya yang membuat lega adalah saya masih bisa menikmati pemikiran-pemikirannya yang terangkai dalam jutaan kata sarat makna ketika si dia nun jauh disana.
Enggan beranjak dari tempat saya duduk demi melahap baris demi baris kata sambil tak henti berdecak kagum dan gelengkan kepala ketika banyak hal yang disinggungnya bersamaan dengan cara pandang saya tentang kehidupan.
Ibarat kue nastar yang kami gila-i, setiap sensasinya selalu hadirkan rasa ingin lagi, lagi dan lagi. Enggan berhenti.
Biarpun entah sudah berapa banyak yang tercerna, masih saja mengiba untuk bisa gerogoti remahnya.
Kata orang, semut mati akibat gula; karena terlalu banyak rasa manis yang menjejali tubuh mungilnya.
Namun jika bicara soal "manis"nya cinta, sebanyak apapun rasa manis yang terserap, selalu saja ada ruang untuk asupan demi asupan berikutnya.
Apa relevansinya antara manisnya jalinan kata, cinta, kue nastar yang menggoda dengan candu? Semuanya mengingatkan saya akan: kamu!
Dan semakin saya ingat, semakin saya inginkan lagi, lagi, lagi dan lagi.
No comments:
Post a Comment