Banyak yang bilang, dunia ini panggung sandiwara
Putih kali ini, hitam kali nanti
Berlakon suci hari ini, berahi esok nanti
Samar sudah batas antara benar dan salah,
"Selama aku untung, perduli setan jika ada orang lain yang buntung"
Berkubang dalam dosa, ah, sudah biasa
Tak ada lagi cap nista terbeban di pundaknya,
Yang ada hanya tawa lepas bahagia setelah terpenuhi hasratnya
Sekejap lupa bahwa orang-orang tercinta menaruh percaya didalam setiap helaan nafasnya
"Yang penting aku bebas mencinta meski tanpa norma-norma", begitu katanya...
Namun kali ini ada yang berbeda,
Justru disaat dia "butuh", tak lagi ia cari alasan untuk dengarkan tubuhnya mengeluh dan melenguh
Meski napasnya terdengar memburu, berpacu dengan jantungnya yang berdetak; nyaris menggelegak menahan syahwat,
yang mencumbui setiap inci kulitnya yang tanpa penutup aurat;
Bagai gelegar kilat, seketika tersadar kembali ia akan lembutnya kecupan hangat;
yang senantiasa membangunkannya disaat malam serasa tidak bersahabat,
yang setia mendekapnya ketika ia penat untuk sejenak berlindung dari hingar bingar hidup yang semakin jahat
Tergambar lintasan wajah malaikat-malaikat mungilnya di pelupuk matanya dan beranjaklah ia sambil menahan air mata, "Sungguh, kali ini aku tidak bisa",
Berlalu ia di dalam lintasan malam pekat, saksi bisu ia kembali pulang membawa bongkahan rasa tobat,
beserta kerinduan untuk hidup terhormat dan lupakan cacat yang pernah membebat
Ia, seorang janda muda dan ibu beranak dua,
Yang lelah bermain dengan api di dalam dirinya...
*to all single mothers out there, salute! thank you for fighting for us, your children!*
No comments:
Post a Comment